|
|
|
|
|
Saat ini kita hidup di dunia yang sedang mengalami berbagai krisis. Krisis lingkungan, kelaparan, kekerasan, perang, wabah, dan perpecahan akibat perbedaan ideologi menandai situasi global dewasa ini. Perpecahan bahkan mengancam persaudaraan manusia. Paus Fransiskus melalui ensiklik Fratelli Tutti (Saudara Sekalian), menyerukan pentingnya mengembangkan budaya persaudaraan dan melihatnya sebagai peluang untuk memulihkan keadaan dunia yang terancam perpecahan ini. Dalam pertemuan keempat ini, kita akan mendalami subtema , “Kasih Allah Mempersatukan.” Persaudaraan menjadi tanda komunitas beriman yang hidup dalam kasih. Ketika kita hidup dalam kasih sebagai satu saudara, saat itulah Allah hadir, menemani, dan meluputkan kita dari bahaya.
Pertemuan ini perikop Kitab Sucinya dari Yl. 2:28-32. Dalam perikop ini, Allah berfirman bahwa RohNya akan dicurahkan ke atas semua umat beriman sebagai cara untuk menyatukan manusia. Pencurahan ini merupakan berkat rohani, yaitu pemberian Allah yang lebih mendalam setelah manusia menerima berkat jasmani dan rejeki. Allah mencurahkan Roh-Nya agar mereka yang menerimanya dapat ‘bernubuat’ dan ‘mendapat penglihatan’ (ay. 28). Tanpa pencurahan Roh, rejeki dan berkat jasmani yang diterima manusia belum dapat disebut pemberian Allah yang menyelamatkan.
Inspirasi Yoel 2:28-32
2:28 “Akan terjadi kemudian, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, taruna tarunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
2:29 Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.
2:30 Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah, api, dan gumpalan-gumpalan asap.
2:31 Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang dahsyat dan mengerikan.
2:32 Siapa saja yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di Gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan; seperti yang telah difirmankan TUHAN, setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terluput.”
Pendalaman Teks
- Roh (rûaḥ dalam bahasa Ibrani) dipahami sebagai “angin”, “nafas”, atau “prinsip kehidupan”. “Nafas” Tuhan itu dicurahkan kepada semua manusia untuk menyokong hidup mereka dan menguatkan mereka yang dipilih-Nya dalam menjalankan tugas perutusan. Tuhan mencurahkan Roh-Nya kepada semua orang, tanpa kecuali. Semua orang, tanpa memandang jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), usia (anak-anak, tua, pemuda), atau status sosial (hamba, pelayan), dicurahi Roh-Nya. Hal ini menjadi tanda dan bukti nyata bahwa Allah hadir dalam diri semua orang beriman dan di tengah komunitas umat-Nya. Tempat tinggal Tuhan tidak hanya di surga, namun juga, melalui Roh-Nya, di tengah dan dalam diri umat beriman.
- Hari Tuhan dalam Kitab Nabi Yoel lebih menunjuk pada saat Tuhan menghakimi umat-Nya, saat penentuan di mana yang bertobat akan diselamatkan dan yang tetap tinggal dalam perbuatan dosa akan dimusnahkan. Jika kita tidak mau dihukum oleh Allah, maka kita harus bertobat. Sebab, Allah mau mengampuni dan menerima kita kembali dengan penuh kasih, jika kita sungguh-sungguh ingin berubah dengan tidak lagi melakukan hal-hal yang penuh dosa. Meski kita berdosa, selama mau bertobat dan kembali kepada Allah, mengubah sikap dan perilaku jahat menjadi lebih baik sesuai dengan kehendak Tuhan, maka kita akan mendapatkan pengampunan dari Tuhan dan diselamatkan.
- Kedatangan Hari Tuhan bisa diketahui melalui tanda-tanda alam berupa darah, api, asap, dan gelap gulita. Tanda-tanda tersebut pernah dibuat oleh Tuhan dalam bentuk tulah-tulah untuk menghukum Firaun dan kerajaannya guna membebaskan umat-Nya dari perbudakan (lih. Kel. 7:14-24; 10:21-29). Nabi Yoel bisa jadi hendak mengingatkan bahwa sama seperti Tuhan membebaskan umat-Nya dari penderitaan di Mesir, demikian pula sekarang Ia akan membawa pembebasan kembali bagi umat-Nya dengan tanda-tanda alam.
- Kriteria untuk diselamatkan oleh Tuhan bukanlah kaya atau miskin, guru atau pedagang, agamawan atau politisi, dll., tetapi berseru kepada Tuhan. Ungkapan “berseru kepada nama Tuhan” ini tidak berarti hanya memohon bantuan kepada Tuhan pada saat bencana. Ungkapan tersebut dapat berarti memuji Tuhan dalam ibadah, mengakuiNya di antara mereka yang beragama lain, atau menyembah-Nya di tengah-tengah dunia yang tidak mengenal-Nya.
Sharing dan Aksi Nyata
Setelah penjelasan teks, peserta diajak untuk mensharingkan pengalaman pribadi mereka dan membangun aksi nyata dengan bantuan beberapa pertanyaan :
- Apakah saya berusaha membuka hati dan budi terhadap bimbingan Roh Kudus yang dicurahkan atas diri saya sejak dibaptis? Jika ya, bagaimana caranya?
- Bagaimana saya melihat perbedaan-perbedaan dalam lingkungan keluarga, Gereja, masyarakat, dan bangsa?
- Apakah perbedaan tersebut menjadi alasan bagi saya untuk melakukkan pengkotak-kotakan atau justru sebaliknya saya mampu melihat hal itu sebagai cara Tuhan mempersatukan manusia?
- Kesulitan apa yang saya hadapi dalam menjalin persatuan dan persaudaraan sejati.
Materi tulisan dari buku pendalaman BKSN 2023 yang disusun oleh tim Lembaga Biblika Indonesia.